Subhanallah... sy menemukan
tulisan seorang senior di Kedokteran UGM. Tulisan yg ditulis oleh dr. Raehanul
Bahraen ini sangat detail dan semoga bisa membuat kita makin faham sehingga bisa lebih bijak dan menebar manfaat bagi saudara-saudara kita yg masih awwam..
Berharap ilmu bisa terus mengalir...
Berharap ilmu bisa terus mengalir...
***
Yang mendorong kami mengangkat tema ini adalah kami menemukan
langsung beberapa orang yang salah paham mengenai pengobatan khususnya thibbun
nabawi dan kedokteran barat modern. Kesalahpahaman
tersebut berdampak timbul angapan bahwa kedokteran barat modern bertentangan
semua dengan thibbun nabawi, sikap anti total terhadap pengobatan barat modern,
kemudian jika memilih pengobatan selain thibbun nabawi berarti tidak cinta
kepada sunnah serta dipertanyakan keislamannya. Padahal kedokteran barat modern
bisa dikombinasikan dengan thibbun nabawi atau dipakai bersamaan. Dan juga ada
beberapa tulisan-tulisan mengenai hal ini yang menyebar melalui dunia nyata dan
dunia maya. Oleh karena itu, dengan mengharap petunjuk dari Allah Ta’ala kami mencoba mengangkat tema ini.
Contoh kesalahpahaman
Salah satunya yaitu mengangap bahwa jika sakit seseorang harus bahkan wajib berobat dengan thibbun nabawi, kemudian ditambah lagi dengan adanya anggapan yang kurang benar mengenai kedokteran modern misalnya,
- Berasal dari orang kafir
- Menggunakan bahan kimia yang HANYA berbahaya bagi tubuh
-Jika tidak menggunakan pengobatan nabawi berarti tidak memilih
pengobatan nabawi dan tidak mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Salah satunya yaitu mengangap bahwa jika sakit seseorang harus bahkan wajib berobat dengan thibbun nabawi, kemudian ditambah lagi dengan adanya anggapan yang kurang benar mengenai kedokteran modern misalnya,
- Berasal dari orang kafir
- Menggunakan bahan kimia yang HANYA berbahaya bagi tubuh
-Jika tidak menggunakan pengobatan nabawi berarti tidak memilih
pengobatan nabawi dan tidak mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Berikut contoh yang kami temui langsung dengan adanya
kesalahpahaman tersebut.
Contoh pertama
Seorang senior kami penuntut ilmu agama [sekarang beliau adalah pengasuh situs islam yang cukup terkenal], ia sudah terkena demam cukup tinggi selama tiga hari, di tambah batuk dan pilek. Tetapi beliau tidak mau mengkonsumsi obat-obat kimia dari kedokteran barat, apalagi konsultasi ke dokter. Beliau hanya mengkomsumsi madu dan habbatus sauda selama sakit, akan tetapi qaddarullah, Allah belum berkehendak memberikan kesembuhan kepadanya, kemudian ustadz kami menanyakan kepada beliau kenapa tidak periksa ke dokter. Saya [penulis] juga sempat berdiskusi dengan beliau, saya berkata, mengapa tidak dikombinasi saja pengobatannya minum obat kedokteran barat dengan minum madu dan habbatus sauda. Karena demam tinggi jika tidak diobati akan berdampak cukup serius bagi tubuh. Dengan mengkonsumsi obat penurun panas sederhana seperti paracetamol maka demam tubuh bisa turun dan kondisi tubuh bisa lebih stabil untuk melakukan upaya peyembuhan sendiri melalui imunitas tubuh.
Seorang senior kami penuntut ilmu agama [sekarang beliau adalah pengasuh situs islam yang cukup terkenal], ia sudah terkena demam cukup tinggi selama tiga hari, di tambah batuk dan pilek. Tetapi beliau tidak mau mengkonsumsi obat-obat kimia dari kedokteran barat, apalagi konsultasi ke dokter. Beliau hanya mengkomsumsi madu dan habbatus sauda selama sakit, akan tetapi qaddarullah, Allah belum berkehendak memberikan kesembuhan kepadanya, kemudian ustadz kami menanyakan kepada beliau kenapa tidak periksa ke dokter. Saya [penulis] juga sempat berdiskusi dengan beliau, saya berkata, mengapa tidak dikombinasi saja pengobatannya minum obat kedokteran barat dengan minum madu dan habbatus sauda. Karena demam tinggi jika tidak diobati akan berdampak cukup serius bagi tubuh. Dengan mengkonsumsi obat penurun panas sederhana seperti paracetamol maka demam tubuh bisa turun dan kondisi tubuh bisa lebih stabil untuk melakukan upaya peyembuhan sendiri melalui imunitas tubuh.
Contoh kedua
Ada seseorang yang berkata kepada saya [penulis] ketika membicarakan tentang diare, ia mengatakan jika seorang anak diare, tidak perlu dibawa ke dokter, cukup diberi campuran air minum plus madu maka diarenya bisa sembuh. Ia membuktikan bahwa anaknya sembuh dengan terapi tersebut. Kemudian ia berkata, jika di bawa ke dokter nanti malah di infus seperti anak temannya, anaknya kesakitan disuntik infus kemudian butuh biaya juga buat infus. Mengenai hal ini saya ingin menjelaskan bahwa dalam ilmu kedokteran modern, anak diare dan mengalami dehidrasi tidak langsung dipasang infus akan tetapi diterapi sesuai dengan tingkat dehidrasinya. Dalam kedokteran modern dehidrasi diare ada tiga derajat berdasarkan gejalanya:
1 . tanpa dehidrasi [kehilangan cairan <5% Berat badan]
Ada seseorang yang berkata kepada saya [penulis] ketika membicarakan tentang diare, ia mengatakan jika seorang anak diare, tidak perlu dibawa ke dokter, cukup diberi campuran air minum plus madu maka diarenya bisa sembuh. Ia membuktikan bahwa anaknya sembuh dengan terapi tersebut. Kemudian ia berkata, jika di bawa ke dokter nanti malah di infus seperti anak temannya, anaknya kesakitan disuntik infus kemudian butuh biaya juga buat infus. Mengenai hal ini saya ingin menjelaskan bahwa dalam ilmu kedokteran modern, anak diare dan mengalami dehidrasi tidak langsung dipasang infus akan tetapi diterapi sesuai dengan tingkat dehidrasinya. Dalam kedokteran modern dehidrasi diare ada tiga derajat berdasarkan gejalanya:
1 . tanpa dehidrasi [kehilangan cairan <5% Berat badan]
2. dehidrasi sedang [kehilangan cairan 5-10% berat badan]
3. dehidrasi berat [kehilangan cairan >10% berat badan]
[lihat Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak hal. 50, IDAI, 2004]
[lihat Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak hal. 50, IDAI, 2004]
Untuk terapinya, diare tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan
sedang diterapi dengan cairan oral, yaitu diberi minum seperti biasa [jika
masih bisa minum] dengan menggunakan ukuran tertentu khususnya setelah diare
dan muntah. Dan terapi dengan air minum plus madu adalah terapi yang tepat
dalam kasus ini.
Akan tetapi pada kasus dehidrasi berat pada anak, terlebih lagi
jika anak muntah-muntah dan tidak bisa minum karena pengaruh penyakitnya maka
jalan terakhir adalah penggantian cairan melalui infus. Karena dehidrasi berat
pada anak cukup berbahaya jika dibiarkan lama, bisa menyebabkan kematian,
terlebih lagi pada anak yang umurnya masih beberapa bulan.
Maka yang perlu kami sorot dalam kasus ini adalah, sikap anti
total terhadap kedokteran barat modern dan seolah-olah kedokteran barat itu
bertentangan semuanya dengan thibbun nabawi.
Memperbaiki kesalahpahaman
Kami mencoba memperbaiki kesalahpahaman tersebut.
1. Kedokteran modern berasal dari barat
anggapan semakin kuat dengan orang barat yang notabenenya kafir pasti meinginkan kehancuran bagi umat islam dan ada makar ingin menggantikan pengobatan nabawi pada umat islam. Maka hal ini terlalu jauh berpikir ke arah sana.
Kami mencoba memperbaiki kesalahpahaman tersebut.
1. Kedokteran modern berasal dari barat
anggapan semakin kuat dengan orang barat yang notabenenya kafir pasti meinginkan kehancuran bagi umat islam dan ada makar ingin menggantikan pengobatan nabawi pada umat islam. Maka hal ini terlalu jauh berpikir ke arah sana.
Perlu diketahui bahwa kedokteran barat modern yang sekarang
merupakan pegembangan dari kedokteran yang dahulunya dikembangkan dan ditemukan
oleh orang Islam dan para tabib cendikiawan muslim yaitu disaat Islam
mencapai puncak kejayaannya dalam kemajuan ilmu pengetahuan seperti saat dinasti Abbasiyah. Tehnik pengobatan yang dikembangkan oleh tabib cendikiawan muslim itu bahkan hampir dipakai di seluruh dunia. Dan banyak dokter dan tabib dari negara lain yang datang belajar kepada tabib muslim saat itu.
mencapai puncak kejayaannya dalam kemajuan ilmu pengetahuan seperti saat dinasti Abbasiyah. Tehnik pengobatan yang dikembangkan oleh tabib cendikiawan muslim itu bahkan hampir dipakai di seluruh dunia. Dan banyak dokter dan tabib dari negara lain yang datang belajar kepada tabib muslim saat itu.
Kemudian di saat dinasti Abbasiyah runtuh, maka orang-orang
kafir yang menggulingkan dinasti Abbasiyah mengambil semua ilmu dan menguasai
perpustakaan sumber ilmu. Kemudian mereka orang-orang kafir berlomba-lomba
mengklaim diri mereka dan mengumumkan kepada dunia bahwa mereka sebagai penemu
teori dan ilmu pengetahuan di saat itu,
padahal tidak sedikit dari mereka yang hanya mencontoh total penemuan ilmu pengetahuan yang sudah ditemukan sebelumnya oleh cendikiawan muslim. Termasuk dalam hal ini ilmu kedokteran. Sehingga tidak benar sepenuhnya kedokteran barat adalah hasil usaha mereka dan berasal dari orang kafir barat.
padahal tidak sedikit dari mereka yang hanya mencontoh total penemuan ilmu pengetahuan yang sudah ditemukan sebelumnya oleh cendikiawan muslim. Termasuk dalam hal ini ilmu kedokteran. Sehingga tidak benar sepenuhnya kedokteran barat adalah hasil usaha mereka dan berasal dari orang kafir barat.
Kita bisa membaca sejarah bagaimana tabib cendikiawan muslim
dahulunya dengan kitab-kitab pedoman kedokteran karangan mereka dan buku-buku
mereka bahkan ada yang menjadi pegangan kedokteran barat sampai saat ini.
Sebutlah tabib muslim seperti Muhammad bin Zakaria Al-Razi di barat dikenal dengan
Razes, ahli bedah Al-Zahrawi dikenal
dengan Abulcasis, Ibnu Rusdy atau Averroes, Ibnu El-Nafis, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan masih banyak yang lainnya.
dengan Abulcasis, Ibnu Rusdy atau Averroes, Ibnu El-Nafis, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan masih banyak yang lainnya.
Kemudian walaupun pengembangan selanjutnya dilakukan oleh ilmuan
barat yang notabenenya kafir, maka kita tidak semata-mata langsung berpikiran
negatif dan tidak berlaku adil kepada mereka. Jika memang ilmu kedokteran
tersebut bermanfaat dan benar maka kita perlu juga mempelajarinya dan bisa
menggunakannya. Sebagaimana fasilitas saat ini
seperti mobil, kereta, pesawat dan alat-alat elektronik lainnya. Kita tetap harus adil dalam menyikapi hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
seperti mobil, kereta, pesawat dan alat-alat elektronik lainnya. Kita tetap harus adil dalam menyikapi hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَا يَنْهَاكُمُ
اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم
مِّن دِيَارِكُمْ
أَن تَبَرُّوهُمْ
وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.
“Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” [Al-Mumtahah: 8]
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah,
لا ينهاكم الله عن البر
والصلة، والمكافأة بالمعروف، والقسط للمشركين،
من أقاربكم وغيرهم،حيث
كانوا بحال لم ينتصبوا لقتالكم في الدين
والإخراج من دياركم،
فليس عليكم جناح أن تصلوهم،
فإن صلتهم في هذه
الحالة، لا محذور فيها ولا مفسدة
“Allah
tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan , berbuat adil kepada
orang-orang musyrik, baik dari keluarga kalian dan orang lain. Selama
mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak
mengusir kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian menjalin
hubungan dengan mereka karena menjalin hubungan dengan mereka dalam
keadaan seperti ini tidak terlarang dan tidak mengandung
kerusakan.” [Taisir Karimir Rahmah hal. 819, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet.
Ke-1, 1424 H]
2. Menggunakan bahan kimia yang HANYA berbahaya bagi tubuh
Memang obat-obat kedokteran barat modern menggunakan bahan kimia. Tetapi bahan kimia yang digunakan sudah diteliti dan sudah diatur dosisnya agar sesuai dengan terapi yang diinginkan. Dan ini juga berlaku pada beberapa obat-obat alami dan thibbun nabawi, jika dosis habbatus sauda berlebihan dikonsumsi maka akan berefek negatif bagi tubuh karena habbatus sauda mengandung bahan aktif seperti thymoquinone (TQ), dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY).
Dalam kedokteran barat modern dikenal ungkapan,
“ All substances are poison. There is none that is not poison, the
right dose and indication deferentiate a poison and a remedy”
“ All substances are poison. There is none that is not poison, the
right dose and indication deferentiate a poison and a remedy”
“semua zat adalah [berpotensi menjadi] racun. Tidak ada yang
tidak[berpotensi menjadi] racun. Dosis dan indikasi yang tepat membedakannya apakah
ia racun atau obat”
[Toksikologi hal. 4, Bag Farmakologi dan Toksikologi UGM, 2006]
[Toksikologi hal. 4, Bag Farmakologi dan Toksikologi UGM, 2006]
Oleh karena itu, kedokteran modern barat dalam teorinya tidak
gegabah begitu saja dalam memberikan terapi obat-obatan kimia. Tetapi
sesuai dengan dosis dan indikasi pengobatan. Jika penyakit dibiarkan dan lebih
berbahaya, maka lebih baik memkonsumsi obat bahan kimia yang walaupun juga
asalnya berbahaya tetapi bisa menyembuhkan dengan dosis yang tepat. Begitu juga
dengan operasi pembedahan, dilakukan sesuatu yang berbahaya bagi tubuh
“merusaknya” dengan menyayat dan membelah, tetapi ini demi kesembuhan. Prinsip
ini diajarkan dalam Islam seusai dengan kaidah fiqhiyah,
إذا تعارض ضرران دفع
أخفهما
” Jika ada dua mudharat (bahaya)
saling berhadapan maka di ambil yang paling ringan “
Dan jika kita kembali ke pengertian zat kimia, maka zat kimia
itu ada yang alami dan ada yang buatan. Obat-obatan pada kedokteran modern juga
ada yang menggunakan bahan kimia alami. Begitu juga dengan bahan thibbun nabawi
seperti habbatus sauda juga mengandung zat kimia aktif seperti thymoquinone
(TQ), dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY)
yang merupakan zat aktif. Zat kimia aktif bisa lebih berbahaya jika mencapai
dosis tertentu. Sehingga perlu juga dilakukan penelitian mengenai dosis dan
indikasinya atau pengobatan
dengan habbatus sauda di lakukan oleh ahlinya yang tahu metode pengobatan dan berpengalaman. Kita percaya benar bahwa habbatus sauda adalah obat segala penyakit, tetapi orang yang meramu dan melakukan pengobatannya juga harus ahli. Sebagaimana pedang yang sangat tajam, tetapi untuk berfungsi dengan baik saat peperangan misalnya perlu tangan terlatih yang menggunakannya.
dengan habbatus sauda di lakukan oleh ahlinya yang tahu metode pengobatan dan berpengalaman. Kita percaya benar bahwa habbatus sauda adalah obat segala penyakit, tetapi orang yang meramu dan melakukan pengobatannya juga harus ahli. Sebagaimana pedang yang sangat tajam, tetapi untuk berfungsi dengan baik saat peperangan misalnya perlu tangan terlatih yang menggunakannya.
3. Jika tidak
menggunakan pengobatan nabawi berarti tidak memilih pengobatan nabawi dan tidak mengikuti sunnah
Ini adalah pandangan kaku sebagian kecil saudara kita, perlu diketahui hukum asal berobat adalah mubah karena ini adalah masalah dunia dan tidak berkaitan dengan ibadah. Sesuai dengan kaidah fiqhiyah,
Ini adalah pandangan kaku sebagian kecil saudara kita, perlu diketahui hukum asal berobat adalah mubah karena ini adalah masalah dunia dan tidak berkaitan dengan ibadah. Sesuai dengan kaidah fiqhiyah,
الأصل في الأشياء
الإباحة
“Hukum asal sesuatu [perkara dunia]
adalah mubah”
Begitu juga dengan thibbun nabawi, akan tetapi jika bisa
mendapat pahala jika melakukan thibbun nabawi atas dasar kecintaan terhadap
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, karena perkara mubah bisa menjadi sunnah, wajib, makruh atau
haram sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selaras dengan kaidah fiqhiyah,
الوسائل لها أحكام
المقاصد
“hukum wasilah [perkara mubah] sesuai
dengan hukum tujuan”
Oleh karena itu seseorang boleh berobat dengan thibbun nabawi, boleh juga tidak dan jika ia tidak menggunakan thibbun nabawi ia tidak berdosa dan tidak tercela. Ia menjadi tercela jika tidak beriman dan tidak percaya keutamaan thibbun nabawi. Misalnya tidak percaya, bahwa air zam-zam itu khasiatnya sesuai hajat peminumnya, tidak percaya bahwa madu itu penyembuh bagi manusia [syifaa’un linnaas]. Tidak percaya bahwa habbatus sauda adalah obat segala penyakit dan
lain-lain. Karena dalil-dalil tersebut sahih.
Oleh karena itu seseorang boleh berobat dengan thibbun nabawi, boleh juga tidak dan jika ia tidak menggunakan thibbun nabawi ia tidak berdosa dan tidak tercela. Ia menjadi tercela jika tidak beriman dan tidak percaya keutamaan thibbun nabawi. Misalnya tidak percaya, bahwa air zam-zam itu khasiatnya sesuai hajat peminumnya, tidak percaya bahwa madu itu penyembuh bagi manusia [syifaa’un linnaas]. Tidak percaya bahwa habbatus sauda adalah obat segala penyakit dan
lain-lain. Karena dalil-dalil tersebut sahih.
Thibbun nabawi sebaiknya diutamakan
dan sebaiknya bukan alternatif
Ini bukan berarti wajib menggunakan thibbun nabawi, tetapi sebaiknya diutamakan dalam melakukan pengobatan. Tetapi perlu diingat juga, jika ada yang memilih tidak menggunakan thibbun nabawi maka ia tidak berdosa dan tidak tercela.
Ini bukan berarti wajib menggunakan thibbun nabawi, tetapi sebaiknya diutamakan dalam melakukan pengobatan. Tetapi perlu diingat juga, jika ada yang memilih tidak menggunakan thibbun nabawi maka ia tidak berdosa dan tidak tercela.
Selayaknya kita sebagai umat Islam lebih mengutamakan thibbun
nabawi, Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullahuberkata,
طب النبي صلى الله عليه
وسلم متيقنلبرء لصدوره عن الوحي وطب غيره أكثره حدس أو تجربة
“Pengobatan ala Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam diyakini mendatangkan kesembuhan karena bersumber dari wahyu,
sedangkan pengobatan yang lainnya, kebanyakan berdasarkan praduga dan
eksperimen.” [Fathul Baari 10/170, Darul Ma’rifah,
Beirut, 1379 H, Asy-Syamilah]
Obat alami dahulu baru obat kimia
Salah satu kampanye yang digaungkan di zaman modern ini adalah “back to nature”, kami sangat setuju dengan hal ini,
terlebih-lebih jika menggunakan thibbun nabawi dan zat-zat yang disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah seperti Madu dan Habbatus sauda.
Salah satu kampanye yang digaungkan di zaman modern ini adalah “back to nature”, kami sangat setuju dengan hal ini,
terlebih-lebih jika menggunakan thibbun nabawi dan zat-zat yang disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah seperti Madu dan Habbatus sauda.
Seorang ulama besar sekaligus dokter di zamannya Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah rahimahullahu berkata,
وقد اتفق الأطباء على
أنه متى أمكن التداوي بالغذاء لا يعدل عنه إلى الدواء،
ومتى أمكن بالبسيط لا
يعدل عنه إلى المركب.قالوا وكل داء قدر على دفعه
بالأغذية والحمية، لم
يحاول دفعه بالأدوية
“Sungguh
para tabib telah sepakat bahwa ketika memungkinkan pengobatan dengan bahan
makanan maka jangan beralih kepada obat-obatan (kimiawi, pent.). Ketika
memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana, maka jangan beralih memakai obat
yang kompleks. Mereka mengatakan, ‘Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan
makanan dan tindakan preventif tertentu, janganlah mencoba menolaknya dengan
obat-obatan’.” [Thibbun Nabawi lii Ibnil Qayyim hal.
9, Maktabah Ats-Tsaqafi, Kairo]
Oleh karena itu jika sakit maka sebaikinya jangan langsung
mengkonsumsi obat-obat kimia, sebaiknya menggunakan bahan alami dahulu. Atau
jika penyakitnya cukup ringan tidak perlu menggunakan obat, biarlah imunitas
tubuh yang bekerja sehingga imunitas tubuh juga tidak manja dan terlatih
melawan penyakit. Tetapi ini adalah pilihan karena pengobatan juga melibatkan
faktor sugesti, ada yang sugestinya sembuh jika menggunakan obat alami
tertentu, sembuh dengan sugesti dengan obat kimia tertentu.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak
diutus menjadi ahli pengobatan
Bisa kita lihat dalam kisah hadist berikut,
Bisa kita lihat dalam kisah hadist berikut,
عَنْ سَعْدٍ، قَالَ:
مَرِضْتُ مَرَضًا أَتَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَعُودُنِي
فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ
ثَدْيَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا عَلَى فُؤَادِي فَقَالَ:
«إِنَّكَ رَجُلٌ
مَفْئُودٌ، ائْتِ الْحَارِثَ بْنَ كَلَدَةَ
أَخَا ثَقِيفٍ
فَإِنَّهُ رَجُلٌ يَتَطَبَّبُ فَلْيَأْخُذْ سَبْعَ تَمَرَاتٍ مِنْ عَجْوَةِ
الْمَدِينَةِ
فَلْيَجَأْهُنَّ
بِنَوَاهُنَّ ثُمَّ لِيَلُدَّكَ بِهِنَّ
“Dari
Sahabat Sa’ad mengisahkan, pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku,
beliau meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai jantungku
merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya
engkau menderita penyakit jantung, temuilah Al-Harits bin Kalidah dari
Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang tabib. Dan hendaknya dia
[Al-Harits bin Kalidah] mengambil tujuh buah kurma ajwah, kemudian
ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.” [HR. Abu Dawud
no.2072]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu ramuan obat yang sebaiknya diminum, akan tetapi beliau
tidak meraciknya sendiri tetapi meminta sahabat Sa’ad radhiallahu ‘anhu agar
membawanya ke Al-Harits bin Kalidah sebagai seorang tabib. Hal ini karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam hanya tahu ramuan obat secara global saja dan Al-Harits bin
Kalidah sebagai tabib mengetahui lebih detail komposisi, cara meracik,
kombinasi dan indikasinya.
Jadi pengobatan yang diberi petunjuk oleh Islam dalam thibbun
nabawi bukan satu-satunya cara untuk berikhtiar mencapai kesembuhan, metode
pengobatan lainnya juga bisa digunakan untuk mencapai kesembuhan atas izin
Allah Ta’ala. Terlebih lagi jika pengobatan sudah
teruji dan terbukti melalui penelitian dan eksperimen, artinya lebih banyak
yang sembuh menggunakannya dari pada yang tidak sembuh. Pengobatan lainnya
seperti kedokteran cina, kedokteran Yunani dan termasuk kedokteran barat modern
saat ini.
Ada yang tidak sembuh dengan thibbun
nabawi
Mengapa bisa tidak sembuh? Padahal jelas thibbun nabawi bahwa obat bagi segala macam penyakit, penyembuh bagi manusia. Maka jawabannya cukup panjang jika dijabarkan, namum di sini kita bahas beberapa aspek saja. semoga di lain kesempatan kita bisa membahasnya dengan panjang lebar.
Mengapa bisa tidak sembuh? Padahal jelas thibbun nabawi bahwa obat bagi segala macam penyakit, penyembuh bagi manusia. Maka jawabannya cukup panjang jika dijabarkan, namum di sini kita bahas beberapa aspek saja. semoga di lain kesempatan kita bisa membahasnya dengan panjang lebar.
Salah satu penyebab tidak sembuh adalah kurang tepat dalam:
-mendiagnosa penyakit
-memilih obat
-menggunakan dosis obat
-menghindari berbagai pantangan yang dapat menghambat kerja atau
berkebalikan kerjanya dengan obat
-mendiagnosa penyakit
-memilih obat
-menggunakan dosis obat
-menghindari berbagai pantangan yang dapat menghambat kerja atau
berkebalikan kerjanya dengan obat
Sehingga walaupun sudah pasti
habbatus sauda adalah obat bagi segala macam penyakit dan madu adalah penyembuh
bagi manusia [syifaa’un linnaas], akan tetapi ini masih bahannya saja,
perlu kemampuan lagi untuk tepat dalam mendignosis penyakit, memilih
obat, menggunakan dosis obat, meraciknya dan mengkombinasi dengan obat yang
lainnya. Sehingga untuk lebih efektif pengobatannya lebih baik berkonsultasi
kepada ahlinya atau tabib.
Sementara apa yang diterapkan pada kasus contoh pertama yang
kami sebutkan di atas, hanya mengkonsumsi habbatus sauda dan madu secara biasa
[asal-asalan] dan dilakukan secara mandiri tanpa tahu apa penyakitnya,
bagaimana dosisnya dan bagaimana racikannya. Ini juga yang dilakukan
sebagian kecil saudara kita.
Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata,
فقد اتفق الأطباء على
أن المرض الواحد يختلف علاجه باختلاف السن
والعادة والزمان
والغذاء المألوف والتدبير وقوة الطبيعة…
لأن الدواء يجب أن يكون
له مقدار
وكمية بحسب الداء إن
قصر عنه لم يدفعه بالكلية وإن جاوزه
أو هي القوة وأحدث ضررا
آخر
“Seluruh
tabib telah sepakat bahwa pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai dengan
perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi,
kedisiplinan dan daya tahan fisik… karena obat harus sesuai kadar dan jumlahnya
dengan penyakit, jika dosisnya berkurang maka tidak bisa menyembuhkan dengan
total dan
jika dosisnya berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.” [Fathul Baari 10/169-170, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, Asy-Syamilah]
jika dosisnya berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.” [Fathul Baari 10/169-170, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, Asy-Syamilah]
Begitu juga dengan Al-Quran yang diturunkan sebagai penyembuh
baik penyakit hati dan badan, kita bisa contoh dalam hadits sahabat Abu Said
Al-Khudri radhiallahu ‘anhu membacakan ruqyah
Al-Fatihah kepada kepala suku yang tersengat kalajengking dan atas izin Allah Ta’ala sembuh. Lalu ada yang pernah mencoba
dengan pasien yang sakit demam ringan tetapi qaddarullah tidak sembuh. Maka
bukan Al-Qurannya yang salah tetapi manusianya yang kurang Iman dan
tawakkalnya. Ibaratnya thibbun nabawi
adalah sebuah pedang yang pasti tajam, akan tetapi pedang tajam tersebut
berguna dengan tepat jika dipegang oleh ahlinya.
Di zaman ini di mana sangat sulit kita mendapatkan orang seperti
sahabat Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, maka tidak
menutup kemungkinan pengobatan lain juga bisa digunakan seperti kedokteran
barat modern dan pengobatannya juga bisa dikombinasikan dan berjalan bersamaan.
Kedokteran modern barat yang diakui
oleh dunia
Sekali lagi kita tidak perlu anti total terhadap kedokteran modern barat karena prinsip kedokteran barat adalah berdasarkan penelitian ilmiah dan melalui berbagai macam tingkat pengujian dan percobaan atau apa yang dikenal dengan istilah evidance based medicine. Bahkan pengobatan tradisional dan pengobatan lainnya jika sudah melewati
tahap peneltian dan berhasil maka akan dimasukkan dalam metode pengobatan modern barat seperti akupuntur yang sudah banyak digunakan oleh dokter dan sudah ada di berbagai rumah sakit.
Sekali lagi kita tidak perlu anti total terhadap kedokteran modern barat karena prinsip kedokteran barat adalah berdasarkan penelitian ilmiah dan melalui berbagai macam tingkat pengujian dan percobaan atau apa yang dikenal dengan istilah evidance based medicine. Bahkan pengobatan tradisional dan pengobatan lainnya jika sudah melewati
tahap peneltian dan berhasil maka akan dimasukkan dalam metode pengobatan modern barat seperti akupuntur yang sudah banyak digunakan oleh dokter dan sudah ada di berbagai rumah sakit.
Kedokteran modern barat sudah banyak terbukti, dipakai dan
diakui oleh hampir seluruh negara di dunia. Kami melihat sendiri di UGD rumah
sakit bagaimana kasus-kasus gawat darurat yang jika tidak ditangani dengan
cepat maka akan menerenggut nyawa. Seperti hipoglikemi, keracunan bisa ular,
hipotensi, hipertensi dan kasus syok kehilangan kesadaran, maka dengan terapi
kedokteran modern saat ini semua itu bisa ditangai lebih awal atau minimal
menyelamatkan nyawa seseorang.
Satu lagi yang kami ingin sampaikan bahwa setahu kami,
pengobatan dengan bahan-bahan alami dan tradisional memiliki cara kerja yang
bersifat umum dan kurang spesifik seperti memperlancar peredaran darah,
meningkatkan daya tahan tubuh dan mengaktifkan saraf yang kurang bekerja.
Sebagaimana habbatus sauda, penelitian ilmiah membuktikan bahwa
habbatus sauda dapat meningkatkan daya tahan tubuh, dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam benar bahwa
habbatus sauda obat bagi segala macam penyakit karena teorinya jika daya tahan
tubuh baik dan meningkat maka semua penyakit pasti akan sembuh. Akan tetapi
jika hanya mengandalkan daya tahan tubuh maka untuk penyakit yang agak berat
mungkin akan memakan waktu yang lama, belum lagi jika ada penyulitnya seperti
penyakit tersebut bisa menekan daya tahan tubuh, misalnya penyakit kanker atau
infeksi bakteri ganas.
Maka kedokteran modern barat dengan penelitian ilmiah sampai ke
tingkat sel dan reseptor sel, bisa memilih obat yang spesifik dan langsung
bekerja menemui sasarannya. Langsung melawan sel kanker dan langsung bisa
melawan bakteri. Sehingga diharapkan penyembuhan bisa terjadi dengan lebih
cepat. Apalagi jika kedua pengobatan barat modern dan thibbun nabawi
dikombinasikan, maka diharapkan penyembuhan bisa lebih cepat lagi dengan izin
Allah Ta’ala.
penutup
semoga apa yang kami sampaikan bisa berguna bagi kita semua, semoga semakin banyak dokter dan cendikiawan muslim yang bisa mengembangkan thibbun nabawi dan mempopulerkannya kembali di masyarakat dan semoga dokter muslim kembali menguasi pengobatan modern yang dahulunya dikuasai oleh kaum muslimin. Terlebih-lebih mereka bisa mengkombinasikannya dengan thibbun nabawi.
semoga apa yang kami sampaikan bisa berguna bagi kita semua, semoga semakin banyak dokter dan cendikiawan muslim yang bisa mengembangkan thibbun nabawi dan mempopulerkannya kembali di masyarakat dan semoga dokter muslim kembali menguasi pengobatan modern yang dahulunya dikuasai oleh kaum muslimin. Terlebih-lebih mereka bisa mengkombinasikannya dengan thibbun nabawi.
Hal Ini mengingatkan kami dengan apa yang menjadi penyesalan
Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu kepada kelalaian
umat Islam terhadap Ilmu medis sehingga beliau berkata,
ضَيَّعُوا ثُلُثَ
العِلْمِ وَوَكَلُوهُ إِلَى اليَهُوْدِ وَالنَّصَارَى
“Umat Islam telah
menyia-nyiakan sepertiga Ilmu dan meyerahkannya kepada umat Yahudi dan
Nasrani.” [Siyar A’lam An-Nubala
Adz-Dzahabi 8/258, Darul Hadits, Koiro, 1427 H, Asy-Syamilah]
Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid
16 Shafar 1433 H bertepatan 10 Januari 2012
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
16 Shafar 1433 H bertepatan 10 Januari 2012
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Muraja’ah: Ustadz Aris
Munandar, SS. MA. Hafidzahullahu [beliau adalah guru
agama penulis, kami banyak mengambil ilmu dari beliau]