Sebuah tulisan, kudedikasikan kepada rekan2 (yang akan dan sedang) berjuang menyelesaikan tugas akhirnya…
Sebagai mahasiswa, sudah pasti semua merasakan hal ini. Pada masa akhir2 kuliah,, kita seolah-olah dituntut untuk menunjukkan “dedikasi” terbaik kita. Memang terdengar tidak adil, ketika sebuah dedikasi hanya dinilai pada penelitian akhir kita… karena sesungguhnya, dedikasi yang baik adalah juga sebuah proses panjang… bukan saat ini saja ketika kita “mengejar” predikat yang bernama “ Sarjana”, “Master”, atau “Doktor”.
Sebagai mahasiswa, sudah pasti semua merasakan hal ini. Pada masa akhir2 kuliah,, kita seolah-olah dituntut untuk menunjukkan “dedikasi” terbaik kita. Memang terdengar tidak adil, ketika sebuah dedikasi hanya dinilai pada penelitian akhir kita… karena sesungguhnya, dedikasi yang baik adalah juga sebuah proses panjang… bukan saat ini saja ketika kita “mengejar” predikat yang bernama “ Sarjana”, “Master”, atau “Doktor”.
Ada kalanya kita merasa sendiri dan berat…. Yaah, You will have times when you will feel alone and wonder what's the point pursuing these dreams when it's so hard? It is during these times that you must remember why you wanted those dreams in the first place.
Hal ini kurasakan ketika rasa kecewa datang,, telah merasa berusaha, tpi kurang dihargai oleh promotor (My Professor),,mungkin karena aku kurang ikhlas dan telah berharap lebih… Biasanya, ketika aku merasakan hal ini, aku menghibur diriku dengan mengatakan pada hatiku “ Itulah gunanya belajar..kita akan diberitahu ttg ketidaktahuan dan ketidakmengertian kita dengan berbagai cara… salah satunya mungkin dengan perasaan sakit hati…”. Perasaan ini tidak berlangsung lama.. karena tertutupi perasaan “semangat memperbaiki..”.
Perasaan berat yg lain adalah ketika “menyelaraskan” 3 pemikiran yg berbeda dari 3 dosen. Yaitu 2 dosen pembimbing dan 1 dosen penguji… Sebagai mahasiswa, belajar untuk bijak menerima perbedaan pendapat ini lumayan memakan waktu….
Alhamdulillaah,, setelah beberapa lama..akhirnya aku menemukan kunci yang pas untuk mengatasinya. Yaitu : lihat jenis masukan yang beliau berikan. Jika principal, maka untuk memasukkannya dalam tulisan kita, kita harus konsultasikan dlu dengan pembimbing utama (pemegang kunci-nya). Komunikasikan secara baik. Jika belio sepakat dengan perubahan itu, maka kita ubah, jika tidak, jangan ambil resiko dengan memaksakan untuk diubah (walaupun terkadang kita tak sependapat).
Hal ini kurasakan ketika rasa kecewa datang,, telah merasa berusaha, tpi kurang dihargai oleh promotor (My Professor),,mungkin karena aku kurang ikhlas dan telah berharap lebih… Biasanya, ketika aku merasakan hal ini, aku menghibur diriku dengan mengatakan pada hatiku “ Itulah gunanya belajar..kita akan diberitahu ttg ketidaktahuan dan ketidakmengertian kita dengan berbagai cara… salah satunya mungkin dengan perasaan sakit hati…”. Perasaan ini tidak berlangsung lama.. karena tertutupi perasaan “semangat memperbaiki..”.
Perasaan berat yg lain adalah ketika “menyelaraskan” 3 pemikiran yg berbeda dari 3 dosen. Yaitu 2 dosen pembimbing dan 1 dosen penguji… Sebagai mahasiswa, belajar untuk bijak menerima perbedaan pendapat ini lumayan memakan waktu….
Alhamdulillaah,, setelah beberapa lama..akhirnya aku menemukan kunci yang pas untuk mengatasinya. Yaitu : lihat jenis masukan yang beliau berikan. Jika principal, maka untuk memasukkannya dalam tulisan kita, kita harus konsultasikan dlu dengan pembimbing utama (pemegang kunci-nya). Komunikasikan secara baik. Jika belio sepakat dengan perubahan itu, maka kita ubah, jika tidak, jangan ambil resiko dengan memaksakan untuk diubah (walaupun terkadang kita tak sependapat).
Tapi jika tidak prinsip, whatever… terima masukan itu walaupun tanpa meminta pertimbangan dosen pembimbing utama.
Wajar,, perbedaan pemikiran ini adalah karena pengalaman mereka yg beragam dan sudut pandang yg berbeda…meskipun semuanya benar…
Wajar,, perbedaan pemikiran ini adalah karena pengalaman mereka yg beragam dan sudut pandang yg berbeda…meskipun semuanya benar…
Hambatan terbesar adalah pada “dirimu sendiri”……It is during these times when you look in the mirror and face your biggest enemy. You must be able to fight and keep fighting for your dreams even if your own reflection tells you to quit…
Perasaan bosan dan lelah serta ingin segera selesai terkadang membuat kita “berhenti” sejenak. Tak mengapa jika kita bisa segera bangkit. Tapi jika terlalu lama?
Kalahkan dirimu… backtracking…. And move !!
Kalahkan dirimu… backtracking…. And move !!
Now once you overcome those setbacks and obstacles, you will be faced with more. Don't take it personally, that's just how life is…. Ya, benar. Bersama kesulitan ada kemudahan… setelah kita melaluinya, kita akan menjadi lebih kuat. InsyaAllah….. karena semua yg berawal, pasti ada akhir.
Anggaplah rasa malas, bosan, dan hambatan2 lainnya sebagai gunung yg harus didaki dan dilewati….Those "mountains" are there to help you grow. The stronger you become, the bigger the mountain. as you can climb. The bigger the mountains, the bigger the dreams you can pursue. You were born to touch the sky! Let's Go!!
Teringat sebuah tulisan Ust. Rahmad Abdullah.. “ Biarlah kelelahan itu yg lelah mengejarmu….”.
Terus semangat kawan, Jadikan ikhtiar kita berbuah syurga. Dengan senantiasa meluruskan niat, mengoptimalkan ikhtiar dan banyak2 berdoa…..
Semoga Skripsi,Tesis, dan disertasi kita dimudahkan dan dilancarkan…
Terus semangat kawan, Jadikan ikhtiar kita berbuah syurga. Dengan senantiasa meluruskan niat, mengoptimalkan ikhtiar dan banyak2 berdoa…..
Semoga Skripsi,Tesis, dan disertasi kita dimudahkan dan dilancarkan…
Semua akan indah pada waktunya…. ^_^
Yogyakarta, 20 Februari 2012
Soraya
Soraya
~Berjuang hingga akhir….~