Jumat, 14 Oktober 2011

Menyederhanakan pilihan....

Setiap detik yang kita lalui, Allah selalu menyediakan pilihan-pilihan. Dulu, ketika kita masih kecil sampai akhirnya kita dikatakan telah dewasa, dalam memilih, kita menyukai pilihan "antara yang baik dan buruk, antara yang kita sukai dan tidak kita sukai". Begitulah masa itu....

Sebagaimana seorang anak kecil yang ingin selalu mencoba sesuatu, lalu memasukannya kedalam mulutnya...
ketika ia suka, ia memakannya. Sebaliknya,jika ia tidak suka, ia memuntahkannya.....

Saat ini, katika kita sudah lebih banyak mengenal hidup....lebih banyak mendengar dan mengamati... sudah lebih sering diberikan pilihan-pilihan berat, maka sudah sepantasnya yang kita pertimbangkan adalah " antara baik dan yg lebih baik ".

Sehingga, orang yang cepat memutuskan - karena mudah baginya untuk memutuskan, adalah orang yang memiliki pilihan yang sedikit, atau dia yang menyederhanakan pilihannya.

Maka, sederhanakanlah semua pilihan yang ada dalam hidupmu, dan turunkanlah jumlahnya hanya menjadi dua.

Yaitu,

1. MELAKUKAN, atau
2. TIDAK MELAKUKAN.

"Tidak akan jatuh daun dari rantingnya, kecuali Allah telah menetapkan urusannya…".

Maka mengapa masih ragu? Lakukan sekarang dan jaga ritmenya....
Karena saat terberat adalah pada masa-masa awal dan ketika kita
diminta menjaganya........


** Best moment ever....
berharap ku takkan menyia-nyiakan kesempatan yang ALLAH berikan untuk kesekian kalinya....
(Refleksi yg terbesit ditengah kesibukanku menulis naskah tesis. semoga memberikan hikmah...)

Selasa, 11 Oktober 2011

Logika membuatku terdiam saat berjumpa dengan rasa...

Dalam ketidakmengertian ini, ingin sekali aku mendefinisikan rasa yg kembali ada....
Dalam hati yang terdiam,, ingin ku katakan pada bintang di langit-Nya..
Bahwa...
ijinkan hatiku sejenak tenggelam dalam warna warni indah pelangi kita...

ya,,jejak itu masih ada..
Lewat tulisan...yg mampu mewakilkan rasa yg begitu mendalam...
Melalui diam, yg menandakan ruang untk mendengarkan.....

Masih ingat tentang sebuah keinginan hati menatap mentari pagi dibalik jendela rumah di pinggir pantai?

Aku sedang merindukannya...

Meski aku segera tersadar, bahwa logika membuatku terdiam saat menjumpai rasa....

Rabu, 06 Juli 2011

**Saatnya Melukis Cinta di Langit-Nya**

Mencoba mendefinisikan sebuah hati...
Jika kata adalah sepotong hati, maka ku ingin kata ini, yang terjalin dari huruf-huruf dalam nurani ku
Tuk menjadi doa….
Karena Cinta menurut ku tak berwarna,
ia menjadi jingga,
sebagaimana kau memaknainya
ia pun menjadi kuning, biru, dan merah
sebagaimana kau menginginkannya
Karena Cinta bagiku tak ubahnya kumpulan narasi
tentang kejujuran dan keberanian
tentang kemarahan dan kasih sayang
Karena Cinta adalah lukisan yang unik dan tak terkatakan
sebab ia menenggelamkan kita pada angan-angan
dan pada mimpi yang abadi
dan cinta ini adalah surga yang tak bisa kumasuki tanpa seijin-Nya,bersamanya…….
6 April 2011
-terinspirasi dri dakwatuna dg sedikit gubahan-
(..dalam hening...mengemas rasa...)

Sebuah cita-cita menuju dermaga-Nya….

Hidup adalah belajar..
belajar bersyukur meski tak cukup,
belajar memahami meski tak sehati,
belajar ikhlas meski tak rela,
belajar bersabar meski terbebani,
belajar setia meski tergoda,
belajar & belajar terus dg keyakinan setegar karang,
sudah menjadi kodrat, hati seperti air laut,
pasang surut & sering terbawa arus, maka dari itu tetaplah belajar untuk berada di jalan yang benar,belajar jadi lebih baik untuk jadi yang terbaik dihadapan-Nya".
(diambil dari sms seorang saudari yg sangat menginspirasi ).

*****
Hikmah dari sebuah kehilangan adalah mengerti arti memiliki…
Saat itu, aku berusia sekitar 15 tahun. Tepat dihadapanku, kakakku tercinta menutup hidupnya di usia 20 tahun. Sedih dan tidak percaya. Saat jiwa begitu bahagia memiliki kakak lelaki, tiba-tiba ia harus pergi menghadap-Nya…lalu, Terbesit dalam pikiranku bahwa yang terpenting adalah bukan mempertanyakan tentang kepergiannya, tpi apa yang bisa kulakukan untuk memberikan yg terbaik dan mewujudkan cita-citanya….

Menjadikan diri setegar karang….
"tidak ada jalan lain, kecuali jembatan itu harus dilalui untuk menuju syurga... tampilannya seperti ujian, tapi isinya adalah rahmat dan kenikmatan...terkadang, ketika mendapat ujian, kita merasa tidak sanggup atau bahkan sangat takut untuk melewatinya....padahal,ternyata qt adalah hamba pilihan-Nya yg saat ini sdg diberi kesempatan untuk mnjdi lebih dewasa dan meningkat mnjadi lebih baik. sehingga mampu memberi kemanfaatan yg lbh luas dan bijaksana....”.

Kehilangannya adalah titik balik bagiku…
Menjalani hidup dan berusaha terus belajar…karena menjadi “teladan” membutuhkan proses panjang dalan perjalanan….
Kupercaya bahwa setiap hikmah adalah karunia tak ternilai…
Guru yang berharga adalah pengalaman…
Allah, terima kasih telah mengajarkan arti sebuah kedewasaan……

Dewasa adalah ketika banyak permasalahan yg terjadi…dan kita tahu apa yg menjadi inti dari setiap masalah itu..
Dewasa adalah ketika kesulitan-kesulitan datang, dan kita tahu kapan waktu yg terbaik untuk memperjuangkannya..
Dewasa adalah ketika ujian-ujian dalam hidup bertemu, dan kita tahu dimana tempat yg akan kita datangi untuk meminta solusi yg terbaik..
Dewasa adalah ketika kegagalan terjadi.. dan kita tahu bagaimana caranya kita bangkit…
Dewasa adalah ketika sedang diberi cobaan… dan kita tahu mengapa Allah memberikan itu semua..
Dewasa adalah ketika mendapatkan kebahagiaan..dan kita tahu bagaimana cara terbaik untuk bersyukur…

Hidup sederhana, namun kaya cinta…
Mama dan bapak adalah figur yang memberi energi. Setiap nasehatnya adalah cinta. Setiap harapannya adalah doa. Setiap kerja kerasnya adalah cita-cita….
Pesan bapak….”Kesederhanaan akan membuat kuat dan dekat….pada-Nya. Memang tidak ada yang mampu menjamin bagaimana kehidupan kita kelak. Tapi hal yang perlu diingat adalah Allah dan kerja keras. Bagaimana mungkin kita barharap banyak apabila kita tidak layak. Bagaimana kita akan memberi jika kita tidak memiliki…Percayalah, segala yang terjadi adalah kehendak-Nya dan selalu ada hikmah disana..”.

Mama…
yang benar-benar mengajarkan aku sebagai wanita..
Pesan bijaknya…”sebagai wanita, ujian kita sangat berat. Namun peluang pahalapun sangat banyak. Menjadi anak, menjadi istri, dan menjadi ibu. Selalu pertimbangkan apapun yang akan kita lakukan dan menentukan  pilihan dalam kehidupan. Karena keluarga akan selalu menjadi tempat kembali. Restu orang tua adalah ridho Allah…”.

Biarkan cita-cita berlabuh ke dermaga ….
Kadang laut sangat lembut dan ramah 
kadang ia terlihat sangat ganas dan marah 
Silih berganti mengisi hari-hari disini, ya disini saat ini… 

ketika kita masih juga menghirup dan menghempas nafas
Kita tidak boleh berhenti atau malah menenggelamkan diri
Kita harus tetap mengembangkan layar dan memegang kemudi
Kita harus tetap mengayuh sauh walau penuh peluh 
Sampai kelak akan pasti berlabuh…

Yang Maha Rahman, Yang Maha Rahim…. telah melukiskan jalan terindah untuk kita.
Seindah mawar merah merekah,
disanalah pula rahasia hidup tersirat,
di antara duri-duri tajam yang menghias paras mawar merah indah…


Hasil akhirnya memang rahasia Allah, tpi prosesnya adalah pilihan…
Fokus pada tujuan akhir, tpi jalan menuju kesana memang beragam…
Yang terpenting adalah sertakan Allah dalam setiap pilihan menuju tujuan…..


Sagan, 26 oktober 2010. Pukul 00.38 WIB
Soraya

CATATAN SEBUAH PERJALANAAN : Ibu, wanita dengan cinta yang Istimewa…

Sekitar pukul 19.07 WIB, Bus Executive Putra Remaja yang membawaku kembali ke lampung, Tanah kelahirankupun berhenti di sebuah Rumah makan di Karang anyar. Para penumpangpun turun dari bus untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Saatnya menjamak sholat kemudian makan, pikirku. Setelah selesai menjamak sholat maghrib dan isya, akupun menuju sebuah rumah makan yang khusus untuk para penumpang bus Putra Remaja. Aku mengambil makan malam secukupnya, kemudian memilih tempat duduk di bagian tengah dari ruangan itu. Beberapa lama kemudian, seorang ibu yang menggendong anaknya memilih duduk dihadapanku, sambil menyapaku ramah “ saya duduk disini ya mbak?”. “oh,ya…silakan…” jawabku sambil tersenyum padanya.

Aku mencoba membuka obrolan ringan dengan bertanya “ tujuannya kemana bu?”. “mau ke merak, mbak. Jenguk adik” katanya. “ mbaknya Kok sendirian aja? Belum menikah ya?” tanyanya padaku. Sebuah pertanyaan retoris pikirku, sehingga aku hanya memberinya senyuman… kami terdiam sesaat sambil menikmati makanan yang ada di piring. Tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Selesai makan, aku belum ingin beranjak dari tempat dudukku dan mencari tema obrolan yang cocok untuk kami. Aku melirik ke anaknya. Sekitar umur 1,5 tahun yang terlihat sangat lucu. “anak pertamanya bu? Namanya siapa?” sebuah pertanyaan standar untuk membuka obrolan lagi, sambil kucoba meraih tangan anak yang sudah mulai tersenyum padaku itu.. aah…membuatku ingin menggendongnya. “iya mbak. Anak pertama. Namanya nur. Kami tinggal di magelang, di magelang ikut suami.. aku tersenyum lagi sambil menyapa nur, adik kecil itu. 

Masih dengan obrolan ringan kami seputar anak,,hingga kemudian, aku kaget ketika kulihat ibu itu mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya dengan sebuah korek api. “ astaghfirullah,, ibunya merokok”, pikirku. Makin miris hatiku ketika kulihat asap sudah mulai ada disekeliling anak tak berdosa itu. Spontan saja, aku menawarkan untuk menggendong nur, karena ia terlihat merengek-rengek dan batuk karena asap itu. “ gendong tante, mau? Tante ada pudding. Sambil kita lihat cicak disana……”, tawarku pada nur. Alhamdulillah ia mau.

Kugendong nur sambil kusuapi pudding rasa stroberi yang kubawa dari kos, sengaja kubuat untuk perjalanan ini. kugendong sedikit agak menjauh dari ibunya….ia terlihat begitu menikmatinya sambil terbata-bata mengucapkan beberapa kata yang masih sedikit sulit kumengerti, karena menggunakan bahasa jawa…

Sementara pikiranku terus menerawang…hatiku sedih…miris….sudah berapa banyak racun dari rokok yang masuk ke dalam tubuh tak berdosanya, karena setiap hari ibunya selalu merokok…
Setelah kulihat ibunya selesai merokok, keberikan kembali nur, sambil aku berpamitan karena Bus Putra Remaja sudah akan meneruskan perjalanan.

******************************

Catatan: 
Aku bukan ingin membahas terkait bahaya rokok dari sisi kesehatan, atau hukum halal-haramnya rokok yang kontroversi di kalangan masyarakat, karena aku bukan ahlinya. Aku ingin melihatnya dari sudut pandang seorang wanita sekaligus calon ibu (InsyaAllah).

Ibu sebagai Madrasah pertama bagi anak-anaknya
Seorang ibu, memulai mendidik anaknya, bukan saja ketika anaknya telah lahir ke dunia, tetapi sejak masih dalam kandungan. Sebagaimana akhlaknya selalu dijaga dan memberikan yang terbaik bagi bayi dalam kandungannya. Ketika telah lahir, ibu yang secara intens berinteraksi, berkomunikasi dengan “bahasa “ kasih sayang, cinta, dan ketulusan kepada anaknya. Bagaimana mungkin tidak akan berpengaruh negative terhadap akhlak dan pola pikir sang anak, jika sejak dalam kandungan, sang ibu memberi contoh yang demikian (misal merokok, red.)? Bahkan sampai sang anak besar, hal ini akan mendarah daging dalam hatinya. Akhlak yang baik lebih utama daripada hanya mampu menyampaikan kata-kata yang baik. Tanpa memberikan sebuah keteladanan.

Teringat beberapa bulan yang lalu, ketika muncul kontroversi dalam masyarakat karena statement seorang motivator terkemuka “ Seorang wanita perokok dan minum-minuman keras, tidak layak disebut sebagai ibu”. Mari kita menilai sisi positif dari statement tersebut, terlepas dari kontroversi yang ada. Hal ini mengandung nilai “kelayakan” bagi sebuah posisi dan penghargaan yang begitu mulia kepada seorang ibu.

Cinta yang istimewa
…adalah sebuah keistimewaan ketika diperkenankan Allah menjadi seorang ibu,,
Sebuah keistimewaan pula jika jalan jihad yang bernama “malahirkan sang anak” adalah berbuah syurga.
Setiap do’a menjadi kekuatan, setiap senyuman, marah, dan diamnya adalah cinta….
Air mata yang mengalir dalam muhasabah malamnya serta lantunan Al Qur’an dalam rumahnya yang istimewa,,,,adalah sebuah ketenangan..
Itulah cinta yang istimewa yang dikaruniakan-Nya kepada seorang ibu yang mengagumkan…

Subhanallah,,,
bagi teman-temanku yang telah menjadi ibu, akan menjadi ibu, dan calon seorang ibu….mari terus belajar agar layak mendapat posisi yang mulia, yaitu seorang ibu yang sholihah… 

Bagi teman-temanku yang telah menjadi bapak, akan menjadi bapak, dan calon seorang bapak… jagalah ibumu, istrimu, saudara serta anak-anak perempuanmu,, karena mereka calon ibu dan karunia yang terbaik sepanjang masa…..


Tulisan ini kudedikasikan untuk ibuku tercinta. Terima kasih telah memberikan madrasah terindah dalam keluarga…. Semoga selalu hadir dalam setiap do’a dan cinta yang istimewa……


Yogyakarta, 21 April 2010
Soraya

Allah…Indah nian caraMu mendewasakan kami…

Dewasa adalah ketika banyak permasalahan yg terjadi…dan kita tahu apa yg menjadi inti dari setiap masalah itu..
Dewasa adalah ketika kesulitan-kesulitan datang…dan kita tahu kapan waktu yg terbaik untuk memperjuangkannya..
Dewasa adalah ketika ujian-ujian dalam hidup bertemu..dan kita tahu dimana tempat yg akan kita datangi untuk meminta solusi yg terbaik..
Dewasa adalah ketika kegagalan terjadi..dan kita tahu siapa yg menyebabkannya terjadi..
Dewasa adalah ketika sedang diberi cobaan…dan kita tahu mengapa Allah memberikan itu semua..
Dewasa adalah ketika mendapatkan kebahagiaan..dan kita tahu bagaimana cara terbaik untuk bersyukur…


Yogyakarta, 28 Februari 2010
Soraya
“…dalam muhasabah panjang…”

Ketika bidukmu belum juga berlabuh...

Kadang laut sangat lembut dan ramah 
kadang ia terlihat sangat ganas dan marah 
Silih berganti mengisi hari-hari disini, ya disini saat ini… 

ketika kita masih juga menghirup dan menghempas nafas 
Kita tidak boleh berhenti atau malah menenggelamkan diri
Kita harus tetap mengembangkan layar dan memegang kemudi 
Kita harus tetap mengayuh sauh walau penuh peluh 
Sampai kelak akan pasti berlabuh…

Yang Maha Rahman, Yang Maha Rahim…. telah melukiskan jalan terindah untuk kita.
Seindah mawar merah merekah, disanalah pula rahasia hidup tersirat, di antara duri-duri tajam yang menghias paras mawar merah indah…

Seorang mahasiswa dengan nafas mendesah lemah, bertanya kapan ia kan bisa memperoleh ijazah setelah hitungan tahun kuliah, lima, enam bahkan mungkin tujuh. Ketika telinganya telah bosan dengan pertanyaan, ”kapan? kapan?” pertanyaan yang membuat ia kadang kehilangan kepercayaan diri, kekuatan dan keberaniannya…

Atau juga seseorang yang telah kering airmatanya keluar dalam munajat dan doa-doanya memohon pemenuhan hajat. Betulkah takdir telah menuliskan belahan jiwanya? 
Atau dimanakah disembunyikan pendamping hidupnya?
Atau ketika cerah cercah cahaya masa depan tertutup gelapnya awan tebal yang menggunung-gunung, menggulung-gulung diiringi gelegar suara halilintar….
Apakah itu engkau? Itukah awan yang menggelayut membungkus hidupmu?

Kalau iya, cobalah tenangkan hatimu… 
Biarkan hari-hari bertingkah semaunya
Buatlah diri ini rela ketika ketentuan-Nya bicara…
Dan jangan gelisah dengan kisah malam…
Tidak ada kisah dunia ini yang abadi…
(Imam Syafi’i)

Tenanglah , bukankah alam telah mengajarkan pada kita, bahwa makin gelapnya malam berarti makin dekatnya cahaya pagi hari...

Orang yang membangga-banggakan jerih payah dan perbuatannya, ketika gagal akan berkurang harapannya terhadap rahmat Allah
Semangatmu yang menggebu tak akan dapat menembus hijab ketentuan Allah..
Tenangkanlah jiwamu dari urusan duniawi, sebab apa yang telah dijanjikan Allah, janganlah kamu turut memikirkannya…..

Jika mengejar sesuatu yang sudah dijamin oleh Allah, engkau lakukan dengan sungguh-sungguh, tetapi kewajibanmu engkau abaikan. Inilah bukti bahwa mata hatimu telah buta…
Terlambatnya pemberian Allah setelah engkau bersungguh-sungguh berdoa , janganlah menyebabkan dirimu berputus asa…. Ketahuilah, Allah menjamin doa-doa yang kau panjatkan (tetapi) sesuai dengan pilihan-Nya (kehendak-Nya), bukan karena kehendakmu….
Jangan sekali-kali meragukan janji Allah yang waktunya sudah nyata-nyata akan datang, namun belum datang jua. Agar keragu-raguan itu tidak mengotori mata hatimu dan memadamkan cahaya nuranimu. (Al-Hikam)

Baiklah, kulihat sudah senyum indah menghias wajahmu, selamat melanjutkan perjuanganmu. Terbangkan tinggi asa citamu. Kepaklah kuat sayap-sayap kokohmu... …karena Allah telah menyiapkan segala yang terbaik bagimu….


Yogyakarta, 24 Februari 2010
Soraya
“ …dalam keadaan yang menginspirasi….”

Sekuntum Edelweis Untukmu, Aktivis Dakwah..

”Aku ingin mundur dari wasilah dakwah ini, aku sudah tidak kuat lagi menunaikan amanah yang semakin menyesakkan dadaku, aku sudah tidak kuat lagi menelan kekecewaan demi kekecewaan, batas kesabaranku telah habis“, kalimat itulah yang terlontar dari lisan salah seorang saudaraku yang biasanya terlihat tegar dan selalu mempersembahkan senyumnya setiap kali bersua denganku, tapi pagi itu seolah kesedihannya telah menghapus semua lukisan senyum di wajahnya, seakan keputus asaan telah menyedot seluruh semangat dan harapannya. Untuk sejenak aku termenung, udara dingin yang sedari tadi membekap tubuh tak kurasa lagi. 

Ah....masih belum begitu lama, seorang teman yang lainpun pernah berada pada posisi yang sama layaknya yang dialami saudaraku ini. saat itu pun begitu putus pengharapannya hingga ia pun benar-benar sudah tidak kuat lagi menanggung amanah ini dan serperti dia aku pun ingin mengakhirinya dengan cara keluar dari aktivitas ini. Aku melihat masalah yang dia hadapi pun sepertinya sama dengan temanku, kepingan–kepinngan kekecewaan dan keletihan yang akhirnya menjadi puzzle raksasa bergambar kata putus asa. 

Kelelahan adalah sebuah efek yang wajar dari aktivitas yang berulang ulang, kontinu bahkan terkadang membosankan. Keletihan adalah kenikmatan yang diberikan-Nya di sela-sela aktivitas kita karena kedatangannya membuat kita merasakan nikmatnya beristirahat, kedatangannya membuat kita memperoleh kesempatan untuk menarik nafas panjang sebelum kita kembali berlaga, namun adalah keletihan yang meraja yang akan membekap bara semangat, azam dan harapan, meredupkannya dan diam-diam memadamkannya. Oleh karenanya ketika kita bermain-main dengan keletihan, maka seyogyanya kita menjaga agar keletihan itu tidak menjadi penjara untuk perjalanan kita selanjutnya dan pada saat yang sama hendaknya kita selalu sadar akan keberadaann cawan-cawan yang berisi cairan energi yang senantiasa dihidangkan untuk kita. Sumber kekuatan yang akan membuat kita untuk tidak betah berkubang dalam lembah kefuturan, energi itu yakni keikhlasan dan indahnya ukhuwah. 

Ketika kekecewaan dan keletihan bersemayam di dada maka menyadari kembali bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah usaha dan pengharapan besar kita untuk menggapai rahmat dan ridho Alloh SWT, akan mengembalikan kekuatan untuk bangkit. Keikhlasan adalah tidak berbesar kepala saat pujian mengguyur , begitu pun tidak berputus asa bilamana cercaan menghujam dan menghimpit, adalah keikhlasan tidak bergantung pada makhluk yang biasanya menjadi sumber kefuturan. Sebuah keikhlasan tidak mengenal kata lelah karena segala keluh kesah senantiasa dititipkan pada angin yang membumbungkan doa dalam sujud-sujud panjang kita. Dan DIA senantiasa menyediakan “telinga-Nya” untuk kita. 

Saat tubuh tidak lagi tegak, saat kaki mulai lemah, saat lisan mulai kelu untuk menyuarakan kebenaran, maka pada saat yang sama ada saudara kita yang memapah, saudara yang akan menopang kaki yang telah rapuh, dan menggantikan kita untuk bersuara lebih lantang. Senyumnya bagai oase dalam kegersangan jiwa kita, perhatiannya adalah penentram kegundahan kita, tausyiahnya adalah semangat baru yang disematkan pada diri ini. Karena dialah kita yakin bahwa kita tidak sendirian. Andaikan saja kita layaknya sekuntum bunga edelweis yang terus mekar dalam kegersangan, terus mempersembahkan senyum dalam kesederhanaan dan kebersahajaannya, semangat abadi hidupnya dalam keterhimpitan. Ya... seperti halnya edelweis, tekad untuk memberikan sesuatu bagi kemaslahatan umat adalah ruh hidup itu sendiri sehingga ketika kita ingin keluar dari aktivitas yang menjadi media untuk tumbuh dan hidupnya ruh itu maka kita telah menyiapkan prosesi HARAKIRI untuk jiwa ini.

“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu, keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu". Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.” (QS. 9:42)

Teruntuk saudaraku dalam sisa-sisa keletihannya, teguh dan bersabarlah, 
karena sungguh Allah telah menyediakan tempat kembali yang indah bagi para tentara-Nya...

Yogyakarta, 24 Februari 2010
Soraya
"...saat teringat adik2ku,,para pejuang dakwah...bersemangatlah!! ...".

Pasangan dari Tuhan..

Pasangan Dari Tuhan…

(Tulisan ini dikirimkan oleh seorang sahabat kepadaku beberapa bulan yang lalu. Bukan bermaksud apa2, aku hanya ingin sedikit berbagi hikmah kepada teman2 semua… semoga bermanfaat. ).

*******************

Bertahun-tahun yang lalu, saya berdoa kepada Tuhan untuk memberikan saya pasangan, 
"Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", begitu jawab Tuhan. 

Saya Tidak hanya meminta kepada Tuhan, saya menjelaskan kriteria pasangan yang saya inginkan. Saya menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Saya bahkan memberikan criteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini saya impikan. Sejalan dengan berlalunya waktu, saya
menambahkan daftar kriteria yang saya inginkan dalam pasangan saya. Suatu malam, dalam doa, Tuhan
berkata dalam hati saya," HambaKu, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."
Saya bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan Ia menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."

Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dariMu?"

Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepadaMu. Adalah suatu ketidak adilan dan ketidak benaran bagiKu untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagiKu untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi
engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni; tetapi engkau sendiri masih suka
menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."
Kemudian Ia berkata kepada saya, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang
yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu. Pasanganmu akan akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu. Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak
hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat menjadi lebih baik bersamamu."

Catatan ini untuk: yang baru saja menikah, yang sudah menikah, yang akan menikah, dan yang sedang mencari...

Delapan Kado Terindah

Tulisan ini saya buat untuk mengingatkan saya, dan antum/antuna/anda bahwa ada hal-hal yang mungkin kita pikir “kecil” tapi “penting dan sangat berarti”. Mungkin terkadang kita lupa bahwa mereka sangat berharga (keluarga, sahabat, saudara, istri, suami, dan orang2 yang kita sayangi disekeliling kita). Karena begitu berharga, selayaknya mereka mendapatkan kado istimewa dari kita. Aneka kado ini tidak dijual di toko. Kita bisa menghadiahkannya setiap saat, dan tak perlu membeli….
Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang kita sayangi…. 

KEHADIRAN 
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat,telepon, foto atau faks…. Namun dengan berada disampingnya, kita dapat berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif.. Dengan demikian, kualitas kehadiran sangat penting. Jadikan kehadiran kita sebagai pembawa kebahagian. 
NB.: pantes ya.. setiap kali hari raya keagamaan, orang selalu berbondong-bondong mudik... hehe…

MENDENGAR 
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketahui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan kita dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya… Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan kita memberi tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya…

D I A M 
Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, menetralisir suasana, berfikir jernih untuk menenangkan diri, bisa juga berarti setuju (bagi wanita yg sedang dilamar) atau membingungkan orang lain...Tapi lebih dari segalanya. Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya " ruang". Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomeli.

KEBEBASAN 
Menyayangi mereka bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku menyayangi seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan kasih sayang. Makna kebebasan bukanlah, "Kau bebas berbuat semaumu." Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan. Kepercayaan adalah ketika kita tidak memerlukan benang sakti untuk mengikatnya atau kaca spion, untuk memastikan apakah mereka masih ada untuk kita..

KEINDAHAN 
Kesederhanaan adalah keindahan. Kesederhanaan dalam bersikap, bertutur kata, paradigma dan kemandang hidup. Itu adalah keindahan. Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi memiliki akhlak yang demikian…secara fisik/yg Nampak, Bagi yang telah menikah, engkau pun pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya. Atau seluruh anggota keluarga tampil rapi, bersih, berakhlak islami…Subhanallah…sangat indah…

TANGGAPAN POSITIF 
Tanpa sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu terakhir kita mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi kita. Ingat-ingat pula, pernahkah kita memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf ), adalah kado terindah yang sering terlupakan. 

KESEDIAAN MENGALAH 
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sesama saudara. Semestinya kita pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan baik dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila kita memikirkan hal ini, berarti kita siap memberikan kado" kesediaan mengalah". Okelah, kita mungkin kesal atau marah karena dia tidak memenuhi janji, atau melakukan hal yang tidak kita sukai, Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut-larut ? bukankah masih bisa ditabayunkan? Ditanyakan alasannya melakukan itu. Kesediaan untuk mengalah sudah dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna didunia ini. 

SENYUMAN 
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali kita menghadiahkan senyuman manis pada orang yang kita kasihi ?


“Pelangi itu indah karena perbedaan warna. Adanya warna-warna itu untuk saling melengkapi dan menguatkan bukan meniadakan. Jadikan episode-episode hidup kita seindah pelangi. Pelangi memang ada di langit, tapi indahnya dapat kita rasakan di sini. Di hati...”.

Yogyakarta, 22 Januari 2010

Soraya

Agar Bisa Lebih Menghargai...

(Tulisan ini saya buat berdasarkan kejadian2 disekeliling saya. bukan pengalaman pribadi.. mungkin tanpa sadar,,krn hanya berupa "celetukan" tpi, smoga bisa diambil hikmahnya oleh saudari2 saya dimanapun berada...)

Dulu, saya sempat berfikir...bahwa kehadiran suami bagi seorang wanita mampu menutupi kelemahan saya, yang dengan ketelitiannya akan menutupi kecerobohan saya, yang dengan kelebihannya akan menutupi kekurangan saya. 

Saat saya harus bercapek-capek naik ke lantai atas rumah saya membawa dua sampai tiga ember pakaian yang telah dicuci untuk dijemur, kadang-kadang saya mengeluh, "Senangnya kalau punya suami, nggak usah ngangkat-ngangkat ember kayak begini". 

Saat saya harus pergi belanja ke pasar dan pulang kelelahan membawa belanjaan yang berat, saya juga mengeluh "Bahagianya punya suami, nggak mesti jalan sendirian. Nggak perlu bawa-bawa belanjaan berat kayak begini lagi." 

Saat suatu hari saya mencoba meluruskan cantelan tas yang terbuat dari besi dengan menggunakan tang, saya pun mengeluh, "Kalo punya suami... nggak harus megang-megang tang kayak gini nih, tangan pake lecet segala lagi." 

Saat saya mencoba mengganti lampu yang mati dengan yang baru, sekali lagi saya mengeluh, "Wah, enaknya punya suami, nggak mesti naik-naik tangga kayak begini benerin lampu, pake kena setrum lagi..." 

Saat saya hendak pergi ke suatu tempat yang tidak terjangkau kendaraan umum,,sempat seorang teman berkata “Coba udah punya suami,,kan ada yg nganter jemput..”.

Biasanya saya suka menimpali diri saya sendiri, "Emangnya suami tukang ngangkatin ember?!" atau "Emangnya suami tukang benerin lampu?!", "Emangnya suami apaan?!" 

Tapi itu dulu... hingga suatu hari saya bertemu dengan kakak sepupu saya beberapa waktu lalu. 

*** 

Dia seorang wanita karir, dan saya tidak menyangka akan mendapatkan pelajaran berharga darinya. 
Sepupu saya itu bercerita bahwa ia harus bekerja dari pagi sampai sore hari. Sebenarnya mungkin tidak terlalu banyak yang dia kerjakan di kantor. Hanya saja dia harus datang sebelum bosnya datang dan pulang setelah bosnya pulang. Jarak antara rumah kosnya dengan kantornya yang cukup jauh, ditambah dengan kemacetan di jalan, sangat menyita banyak waktunya. 
"Melelahkan! Kalau saat ini kakak udah punya suami dan punya anak..." katanya, "wah, susah banget deh jadi wanita karir, jadi istri, trus jadi ibu pula pada saat yang bersamaan." 
Itulah yang membuatnya mengambil keputusan bila ia menikah nanti ia akan melepaskan pekerjaannya. Ia meragukan dirinya bisa menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum berangkat bekerja sementara ia sendiri harus bersiap untuk pergi bekerja juga, menyediakan makan malam untuk suaminya sebelum pulang kantor padahal ia sendiri mungkin masih keletihan karena baru pulang dari kantor, itu pun kalau dia sudah pulang. Sulit baginya membayangkan bagaimana ia akan menjalankan perannya sebagai istri di rumah bila ia tetap mempertahankan pekerjaannya yang melelahkan itu. 

Mungkin tidak banyak wanita di zaman ini yang sependapat dengannya. Karena saya lihat di luar sana banyak wanita yang telah bekerja kemudian menikah tetapi tetap mempertahankan pekerjaanya. Dan (tampaknya) mereka baik-baik saja. 
Mendengar keluh-kesahnya, saya tidak merasa lebih beruntung karena pekerjaan saya di rumah lebih ringan dibandingkan pekerjaanya. Ingin rasanya waktu itu saya meyakinkan kakak sepupu saya itu bahwa pekerjaan di rumah juga tidak kalah melelahkan dengan menjadi seorang wanita karir seperti dia. Namun belum sempat saya bercerita, 
"Tapi... ada hikmahnya juga kakak ngerasain capek-capek kerja kayak gini..." katanya, "pergi pagi, pulang malem, sibuk di kantor, dan capek di jalan..." 
Dia memandang saya dengan mata yang menerawang. Sementara saya mencoba mengerti hikmah apa sebenarnya yang dia maksud. 
"Ternyata... begini toh rasanya bekerja keras, bersusah payah mencari uang buat makan. Ternyata nggak gampang! Kakak jadi bisa lebih menghargai suami kakak nanti yang nyari nafkah buat kakak..." katanya mengakhiri perbincangan hari itu. 

Kata-kata itulah yang membuat saya berhenti mengeluhkan pekerjaan-pekerjaan yang saya lakukan di rumah dan berhenti berandai-andai kalau saya punya suami maka pekerjaan saya akan lebih ringan. 
Yah, saya jadi menyadari bahwa pekerjaan suami itu jauh lebih berat dari sekadar mengangkat ember atau membawa belanjaan sehingga saya harus lebih menghargai jerih payahnya dan rela ngangkat-ngangkat sendiri. Tanggung jawabnya lebih besar dari sekadar menjaga saya dari setruman listrik atau melindungi tangan saya supaya nggak lecet sehingga saya harus lebih menghormatinya dan lebih berhati-hati menjaga diri saya sendiri. 

Tapi... saya rasa walaupun setiap wanita sanggup dan rela melakukan itu semua sendiri, sepertinya seorang suami tidak akan rela. Sehingga dialah yang akan melakukannya untuk isterinya. Dan pada saat itulah sang istri tahu apa yang harus ia lakukan untuk suaminya. 

Sekarang, saya menikmati melakukan semua pekerjaan saya di rumah. Saya hayati bagaimana pun beratnya pekerjaan itu, bagaimana pun susahnya pekerjaan itu. Supaya suatu saat nanti saya akan lebih menghargai seseorang yang akan melakukan semua itu untuk saya. 

"teman-teman seperjuangan"-ku, berjuanglah... karena ada yang sedang berjuang juga untuk kita di luar sana…”