Selasa, 27 Agustus 2013

Global Value of Vaccination



Prof. Dr. Sri Rezeki S Hadinegoro, Sp.A(K)
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/ RSCM Jakarta
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

Disampaikan dalam Seminar Kontroversi Imunisasi, Perhimpunan Tenaga Profesi Kesehatan Muslim Indonesia - Islamic Medical Association and Network of Indonesia (Prokami-IMANI).

Pendahuluan

Imunisasi merupakan salah satu pencegahan yang telah diakui sebagai upaya untuk mencapai eradikasi dan mengurangi penyakit infeksi berat yang menimbulkan kematian dan kecacatan, sehingga akan menyelamatkan kehidupan dan mengurangi penderitaan manusia. Telah banyak kajian farmako-ekonomi mengenai cost-saving dan cost-effective vaksin dan vaksinasi, untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Secara umum terdapat tiga alur dalam perbaikan kesejahteraan masyarakat. Pertama melalui pendidikan, anak yang sehat akan menjadi anak yang cerdas dan berhasil di kemudian hari. Beberapa program kesehatan telah pula dilakukan melalui sekolah yang dinilai sangat efektif seperti program BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) yang dilaksanakan melalui UKS  (usaha kesehatan sekolah). Dilaporkan dengan pemberian suplemen besi, anak lebih sehat dan absensi anak berkurang. Alur kedua melalui kesehatan dalam bidang produksi. Seperti halnya upaya kesehatan anak sekolah juga berlaku untuk pekerja. Dengan pekerja yang sehat akan menghasilkan produksi yang maksimal. Bloom dkk. menghitung dengan peningkatan satu tahun kehidupan dapat memperbaiki produktivitas sebesar 4%. Alur ketiga, adalah saving dan investment. Semakin makmur negara, semakin banyak penduduk lansia maka saving dan investment menjadi penting dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Telah kita fahami bahwa aspek kesehatan sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

Vaksinasi merupakan salah satu intervensi pencegahan yang sudah dikenal luas. Sejak awal abad ke-20 penggunaan vaksin secara luas telah mencapai tujuan untuk mengendalikan penyakit yang dapat dicegah. Sejarah telah pula membuktikan bahwa vaksinasi dapat memerangi penyakit atau mengurangi jumlah kasus yang berbahaya bahkan fatal. Sejak Perang Dunia kedua, vaksinasi telah diakui memberikan dampak yang signifikans terhadap kesehatan dunia. Namun, kepentingan medis, ekonomi, dan sosial yang merupakan bagian dari burden of disease juga menjadi bagian dari kompetisi dengan intervensi lain, misalnya penggunaan antibiotik.

David E. Bloom, David Canning, dan Mark Weston bersama-sama menulis dalam jurnal World Economic tahun 2005 dengan judul The Value of Vaccination membahas mengenai nilai vaksinasi secara luas. Vaksinasi terbukti efektif dinilai secara farmako-ekonomi. Lebih penting lagi, merupakan cara yang sangat efisien untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat. Namun untuk mencapai kesejahteraan masyarakat di masa mendatang diperlukan komitmen, kerja keras dan serius dalam melaksanakan program imunisasi tersebut.

Upaya Memperpanjang Hidup, Memperbaiki kesehatan, dan Meningkatkan Kualitas Hidup

Seratus tahun yang lalu penyakit infeksi merupakan penyebab kematian terbesar di dunia, baik di negara industri apalagi negara berkembang. Namun saat ini, dengan perkembangan teknologi kesehatan telah diproduksi vaksin-vaksin yang telah berhasil mencegah penyakit yang dapat dirasakan baik secara perorangan, kelompok, maupun secara sosial. Lebih dari duapuluh penyakit infeksi saat ini dapat dicegah dengan imunisasi, dan mengurangi beban penyakit termasuk biaya perawatan jika sakit. Apabila penggunaan vaksin secara luas (cakupan tinggi) dilakukan secara konsisten, pencegahan penyakit bahkan eliminasi penyakit infeksi yang dapat menyebabkan cacat dan kematian, dapat segera terealisasi. Keberhasilan imunisasi secara global terbukti dengan tercapainya eliminasi cacar variola tahun 1977 yang telah menyebabkan kematian 60% pada individu yang terserang, poliomielitis yang diharapkan dapat dieradikasi tahun 2018, yang akan diikuti dengan eliminasi campak dan sindrom rubella kongenital. 

Melalui kampanye vaksinasi atau pekan imunisasi akan memberikan keberhasilan yang tinggi (meningkatkan cakupan imunisasi) untuk menekan epidemi penyakit. Namun, di balik upaya mencapai cakupan yang tinggi terdapat kelompok yang anti terhadap imunisasi dengan alasan takut efek samping, kurang yakin terhadap keberhasilan imunisasi dalam mencegah penyakit, atau alasan lain. Maka penerangan mengenai value dari vaksinasi perlu disebarluaskan baik untuk masyarakat luas termasuk tokoh masyarakat, di samping petugas dan pejabat pemerintah di bidang kesejahteraan masyarakat. Sedangkan setiap orang yang terlibat dalam imunisasi harus secara konsisten berusaha untuk mempertahankan value of vaccination yang dapat dinilai secara individual value, collective value, social value, dan economic value.

Individual Value

World Health Organization (WHO) memperkirakan program vaksinasi telah berhasil menye-lamatkan anak lebih dari tiga juta per tahun, sementara itu tiga juta anak meninggal karena tidak mendapat akses yang terjangkau imunisasi. Imunisasi dapat disamakan dengan upaya penyediaan air bersih,yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Maka dengan penyediaan air bersih dan pelaksanaan imunisasi yang merata merupakan upaya utama yang efektif menurunkan penyakit infeksi yang berbahaya dan fatal. Anak yang telah imun terhadap suatu penyakit infeksi berbahaya, tidak akan menularkan penyakit ke anak yang lain sehingga penularan penyakit akan terhenti. Keuntungan inilah yang disebut individual value of vaccines.

Collective Value

Vaksin berbeda dengan obat yang hanya mengobati seseorang secara individu, sedangkan vaksinasi selain melindungi secara individu, juga melindungi masyarakat di sekitarnya. Hal ini disebut collective value of vaccines. Apabila cakupan imunisasi cukup luas (>80% target) maka rantai transmisi penyakit dapat diputuskan dan seluruh masyarakat di sekitarnya akan terlindungi. Apabila perlindungan individu dan masyarakat dapat dijalankan secara menyeluruh dan konsisten, maka vaksinasi akan membantu mencapai kesehatan masyarakat yang prima. Selanjutnya, karena penyakit semakin berkurang akhirnya akan dieliminasi dari muka bumi. Pencegahan  penyakit yang terjadi pada sebagian masyarakat yang tidak diimunisasi sebagai akibat sebagian besar masyarakat telah mendapat imunisasi, disebut ‘herd immunity’.

Social Value

Disamping imunisasi dapat memperpanjang hidup seseorang, imunisasi juga menyebabkan seseorang tetap sehat. Dengan meningkatkan imunitas seseorang terhadap penyakit, dia akan terhindar dari penyakit tersebut, Maka imunisasi akan sangat berguna untuk tumbuh kembang seorang anak mencapai generasi mendatang. Selanjutnya secara tidak langsung akan mengurangi morbiditas seorang anak, meningkatkan kualitas masyarakat pekerja, dan akhirnya berperan dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa. Inilah yang disebut social value of vaccination. Keuntungan nilai sosial ini telah pula diucapkan oleh Nelson Mandela, pemenang Nobel Peace Prize tahun 1993 sebagai berikut: “The lives of millions of children have been saved, millions have the chance of a longer healthier life, a greater chance to learn, to play, to read and write, to move around freely without suffering. Immunization has been a great public health success story”.

Economic Value

Di pihak lain, harga vaksin masih mahal apalagi apabila dipergunakan secara masal; maka diperlukan upaya infrastruktur dalam pengadaan dana dan logistik. Namun, dengan memberikan proteksi secara individu terhadap infeksi tertentu, berarti telah meniadakan biaya pengobatan dan perawatan apabila individu tersebut terkena infeksi. Jadi imunisasi merupakan bentuk investasi di bidang kesehatan. Semua faktor tersebut memberikan economic value terhadap pemerintah yang telah memberikan imunisasi secara teratur sebagai program kesehatan masyarakat.

Cost-effectiveness dan DALYs

Di negara yang mempunyai pendapatan yang masih rendah, life expectancy (usia harapan hidup) lebih pendek karena selama hidupnya berada dalam kesehatan yang kurang baik. Secara kesehatan masyarakat, untuk mengukur kehilangan kesempatan hidup bebas dari sakit dan kecacatan dihitung dengan disability-adjusted life years (DALY's).  Penilaian DALY's ditambah dengan kehilangan hidup (mortality) dan kehilangan waktu sehat yang disebabkan oleh penyakit dan kecacatan  (morbidity) disebut DALY averted. WHO's Commission on Macroeconomics and Health membuat klasifikasi kenaikan kesempatan hidup, apabila biaya vaksinasi lebih rendah dari GDP per kapita dikatakan  very cost-effective. Sedangkan  apabila biaya antara satu dan tiga kali GDP per capita disebut cost effective. Data tahun 2006 memperkirakan DALY averted pada vaksin tradisional EPI berkisar antara US$ 7 sampai US$ 438.

Lost of momentum

Di antara tahun 1970 dan 1980-an program vaksinasi maju sangat pesat, namun akhir-akhir ini tampak kemajuan sangat lambat. Terutama keadaan negara berkembang sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan negara industri. Kita lihat cakupan imunisasi campak di Indonesia masih di bawah 80%, sedangkan di negara-negara Eropa cakupan campak sudah mencapai lebih dari 90% sejak 20 tahun terakhir. Jadi, apabila kita evaluasi penyebabnya?
(1) Komitmen pemerintah kurang, khususnya dalam upaya meningkatkan cakupan imunisasi,
(2) Penyediaan sarana dan prasarana dalam menunjang program vaksinasi, seperti penyediaan vaksin yang teratur, sarana penyimpanan vaksin (terutama mempertahankan rantai vaksin=cold chain), pelatihan petugas kesehatan yang terkait secara rutin, dana untuk menyalurkan vaksin dari pusat ke Puskesmas sebagai ujung tombak program imunisasi,
(3) Persepsi masyarakat terhadap value of vaccination, beberapa orang tua merasa anaknya tanpa imunisasi ternyata tetap sehat (herd immunity), dan mereka lebih takut terhadap efek samping dibandingkan penyakitnya sendiri yang jauh lebih berat,
(4) Kelompok anti vaksin yang senantiasa ada di sekeliling kita, dan
(5) Kita masih bergantung pada bantuan badan internasional dalam pelaksanaan program imunisasi, yang makin hari makin berkurang selaras dengan posisi Indonesia tidak lagi termasuk dalam negara miskin.

Kesimpulan

Vaksinasi tidak perlu diragukan lagi merupakan the most cost-effective public health yang terukur. Walaupun demikian, di seluruh dunia pengertian dan pelaksanaan imunisasi masih undervalued dan under-utilised. Hal ini penting dipahami oleh pemerintah, health policy maker, dan international agencies, untuk tetap memegang teguh nilai pencegahan melalui imunisasi dengan benar. Terpenting adalah peran kita sebagai provider program imunisasi kepada masyarakat untuk senantiasa memberikan penjelasan mengenai nilai (value) dari vaksinasi. Akhirnya imunisasi akan berarti untuk kesehatan global dan kesejahteraan generasi mendatang apabila semua masyarakat dapat dilindungi dari penyakit infeksi yang berat dan fatal.

Daftar pustaka
    1. Bloom DE, Canning D, Weston M. The value of vaccination. World Economic 2005;6:15-39.
    2. Seth Berkley. The full value of childhood vaccines in advances in vaccinology - http://www.project-syndicate.org/commentary/the-long-term-economic-benefits-of-vaccination-by-seth-berkley#eX11DEKHuseQilpX.99Latest stated in 15 October 2012.
    3. Ehreth J. The global value of vaccination. Vaccine 2003;21:596-600.
    4. Bedford H, Elliman D. Concerns about immunization. BMJ 2000; 320: 240-3.
    5. Value of vaccines. http://www.ipha.ie/alist/value-of-vaccines.aspx
    6. The value of vaccination. http://www.vaccinews.net/valuevaccination.php
    7. Clements CJ, Lachman PJ. Ethics and vaccination – irrelevant or imperative. Vaccine: children & practice 2002;5:27-9.
    8. Cooper LZ, Larson HJ, Katz SL. Protecting public trust in immunization. Pediatrics 2008; 122: 149–53.
    9. Bentsi-Enchill AD, Duclos P, Folb PI. Sustaining chilhood vaccination programmes – not all about cost. Vaccine: children & practice 2002;5:26-9.
    10. Sharon Kling. Vaccination and ethical issues. Current Allergy & Clin Immunol, 2009;22:178-80.
    11. Bentsi-Enchill AD, Duclos P, Folb PI. Sustaining chilhood vaccination programmes – not all about cost. Vaccine: children & practice 2002;5:26-9.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar